
Semalaman mataku enggan terpejam, mengingat keagungan pesan A. Mustofa Bisri ” Mencari Bening Mata Air”. Cak Mus panggilan akrab kiyai yang suka berpuisi dan berdakwah sejuk ini, telah memberikan kenangan indah padaku, kenangan indahnya hidup, indahnya persahabatan, indahnya dunia dengan segala keukwahan, tanpa curiga, tanpa tuding tanpa saling sakit menyakiti.
Cak Mus, telah membuatku tunduk dan terkulai melalui pelajaran kata-katanya yang bernaluri dan berbahasa jernih, hingga jiwa semakin menemukan peradaban dan bening. Cak Mus, aku rasakan berada di halaqahku ketika puisinya hadiri dalam sidang jiwa, aku petikan puisi Cak Mus yang mengharu biru hingga bening mata air itu terasa dalam lubuk hati dikau.
Tanda Jarak
Cak Mus, telah membuatku tunduk dan terkulai melalui pelajaran kata-katanya yang bernaluri dan berbahasa jernih, hingga jiwa semakin menemukan peradaban dan bening. Cak Mus, aku rasakan berada di halaqahku ketika puisinya hadiri dalam sidang jiwa, aku petikan puisi Cak Mus yang mengharu biru hingga bening mata air itu terasa dalam lubuk hati dikau.
Tanda Jarak
Tanpa jarak
Maka entah rapat entah berentara
Tanpa akasara
Maka entah diam entah bicara
Tanpa ketika
Maka entah sebentar entah lama
Tanpa masa
Maka entah kakal entah fana
Tanpa janji
Maka entah berpisah entah bersua
Maka entah rapat entah berentara
Tanpa akasara
Maka entah diam entah bicara
Tanpa ketika
Maka entah sebentar entah lama
Tanpa masa
Maka entah kakal entah fana
Tanpa janji
Maka entah berpisah entah bersua
No comments:
Post a Comment