catatan hati

Saturday, March 29, 2008

CATATAN PERJALANAN KE NEGERI GAJAH PUTIH

PERANG AIR DALAM PERAYAAN TAHUN BARU SONGKRAN DI NEGARA GAJAH PUTIH

Oleh:Silfia Hanani



Tahiland merupakan salah satu negara di kawsan Asia Tenggara yang nasibnya di alaf global sekarang ini tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sama-sama menghadapi multi krisis, krisis politik, ekonomi, sosial dan Budaya, sehingga potret sosial ekonomi masyarakat Thailand hampir sama juga dengan masyarakat Indonesia. Dalam tataran pemerintahan, sama-sama menghadapi isu korupsi, nepotisme dan kolusi. Isu ini pula yang menjatuhkan Thaksin Shinawatra dalam pemerintahan Thailand. Pasca kejatuhan Thaksin Thailand digoncang oleh krisis politik sampai berlakunya darurat meliter.
Krisis yang melanda Thailand tersebut, juga diikuti dengan perang antar etnis yang tidak kunjung reda. Konflik masih bernafas dan masih menjatuhkn nyawa manusia. Kawasan Thailand bagian Selatan masih belum aman, dan masih bergejolak.
Dengan keadaan yang demikian itu, tugas Perdana Menteri Surayut Chulanont yang terberat sekarang ini adalah menstabilkan kondisi politik, pemerintahan dan ekonomi Thailand, sehingga pemerintahan yang berkuasa sekarang ini mampu membawa transformasi masyarakat Thailand yang berjumlah 64.865.253 jiwa ini.
Walupun negara Gajah Putih tersebut mengalami berbagai gejolak, namun negara yang sedang dipimpin oleh Raja Bhumibol Adulyadej ini, tidak pernah susut dari pelancong, sehingga sektor pelancongan ini menjadi sektor terbesar penyumbang perekonomian Thailand disamping sektor pertanian.
Besarnya sumbangan sektor parawisata dalam perekonomian Thailand ini tidak terleas dari pada kebijakan pemerintah Thailand dan sekaligus hidupnya tradisi-tradisi masyarakat di Thailan, disamping adanya faktor ”kebebasan” yang sudah sangat terkenal.
Dari segi tradisi masyarakat Thailand yang dominan beragama Budha ini mempunyai banyak tradisi. Pada bulan April ini masyarakat negara gajah putih ini menggelar tradisi pesta penyambutan tahun baru Thailand. Pesta Happy new year Thailand tersebut merupakan salah satu agenda kunjungan wisata ke Thailand.
Happy new year masyarakat Thailand yang dijuluki dengan sangkron ini jatuh pada setiap tanggal tanggal 13 April. Tanggal 13 April 2007 ini, masyarakat Thailand memasuki tahun baru 2550, sebuah tahun yang jauh lebih dahulu daripada Masehi dan Hijriyah. Jika dibandingkan dengan tahun Masehi, maka tahun baru Thailand dahulu 543 tahun dari tahun Masehi dan mendahului 1122 tahun dari tahun Hijriyah.
Dengan demikian, Thailand sebagai salah satu masyarakat di Asia Tenggara telah menciptakan sebuah dimensi perhitungan waktu yang lebih dahulu daripada bangsa-bangsa lain di dunia. Hal ini tentu tidak dapat dipungkuri bahwa di kawasan ini ada bukti sejarah peradaban masa lalu. Bukti sejarah ini, merentang sampai sekarang dan abadi dalam peradaban masa kini. Setidaknya, kejayaan lokal masa lalu telah melahirkan satu sains yang beradagium kearifan lokal, sehingga masyarakat Thailand mempunyai perhitungan perguliran masa tersendiri, yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Proses penanggalan yang abadi dalam masyarakat Thailand ini, tidak dapat dilepaskan daripada peranan agama lokal dalam mendesaian dinamika kehidupan masyarakat. Agama lokal yang kental dalam masyarakat, pada kenyataannya telah merekontruksi sebuah tradisi dan ritualisasi, kemudian starting daripada ritual itu selalu dijadikan pijakan untuk proses selanjutnya.
Starting tahun baru Thailand barangkali dimulai dari sebuah proses ritual agama lokal, kemudian dijadikan pijakan penghitungan waktu dalam kelender lama Siam (Thailand sekarang). Sama halnya dalam proses penanggaalan tahun baru Hijriyah dalam agama Islam, ritualisasi perpindahan Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah dijadikan starting atau awal dalam penanggalan tahun baru Hijriah.
Jika dielaborasi dari perspektif kata songkran sebagai nama tahun baru Thailand maka semakin jelas, bahawa penanggalan dalam kelender lama Siam (Thailand) dilatar belakangi oleh adanya persitiwa sejarah yang terjadi. Yaitu persitiwa sejarah pensucian diri manusia pada 2550 tahun yang lalu. Dari proses pensucian itulah lahir perkataan songkran sebagai sebutan untuk tahun baru masyarakat Thailand. Songkran mempunyai arti yang penyucian diri manusia, atau perpindahan dari yang tidak suci kepada yang suci, dari yang tidak baik menuju kebaikan dan seterusnya.
Oleh sebab itu tidak mengherankan, setiap kedatangan tahun baru bagi masyarakat Thailand berlangsung ritual akabar pensucian diri yang ditandai dengan ”perang air”. Air menjadi simbol, kesucian, kedamaian, ketentraman dan ketenangan, sebagaimana air itu sendiri mengalir dalam lembah yang sunyi. Makanya makna tahun baru bagi masyarakat Thailand adalah memasuki babak kesucian, meninggalakan babak kebobrokan, seabagaimana pengertian yang melekat pada perkataan sangkron, yaitu penghijrahan diri menuju pada duania yang lebih.

Perang Air Akbar
Perayaan songkran tidak dapat dilepaskan dari kegiatan perang air. Setiap tahun baru datang, aktivitas perang air diseiapkan dengan begitu terencana oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Tahiland memfasilitasi tempat-tempat untuk dijadikan arena perang air. Sebelem perang air dimulai dilakukan terlebih dahulu kegitan ritualisasi keagamaan, dengan memberikan penghormatan terhadap patung Budha. Patung Budha disiram dengan air kembang, oleh setiap orang dan memanjatkan doa dihadapan patung tersebut.
Usai itu, pesta pora perang air dengan guyur-guyuran baru dimulai satu hari penuh, masyarakat tumpah ruah dijalan saling basah membasahi. Senjata air yang mirip dengan senjata air mainan anak-anak dipegang oleh masing-masing orang, baik kecil, muda, tua, laki-laki atau perempuan. Dengan senjata air itulah rakyat berperang salaing ”tembak menembak” dimana air sebagai pelurunya. Siapa saja yang nampak di sekitar mereka ”ditembak” sampai basah kuyup, tidak ketinggalan penumpang tutuk(sejenis angkot) ikut diguyuri sampai basah.
Potret kota-kota di Thailand sepanjang hari tanggal 13 April tersebut berubah menjadi kota basah, karena semua orang berkostum basah. Masuk ke mall dengan pakaian yang basah pun tidak ada yang melarang, tidak ada kejanggalan dan keanehan berpakaian yang basah kemana-mana pada hari itu.
Selain pakaian yang basah, muka setiap orang juga diolesi oleh siapa saja dengan tepung powder yang dijual sepanjang jalan. Polisi-pilisi yang sedang dinas mengamankan jalannya pesta perang air itu pun ikut dibedaki, sehingga semua orang pada hari itu juga bermuka putih.
Tidak ada kemarahan pada hari itu, jika dibasahi dan dibedaki. Yang ada adalah kegembiraan bersama, untuk membangun tahun baru yang penuh harapan dengan kedamian, kesucian dan ketentaraman sebagaimana yang disimbolkan dalam perang air tersebut.
Sebuah peperangan yang tidak menyakitkan, tidak menaruh dendam kesumat, tidak membunuh, tidak merusah dan mengakramurkai, tetapi sebuah peperangan yang damai penuh dengan kesejukan dan ketentraman sebagaimanya sejuknya air mengalir di tubuh manusia.

Ajang Mencari Jodoh
Budaya perang air dalam rangka memperingati kedatangan tahun baru tersebut, juga sebagai ajang untuk mencari jodoh atau kekasih dikalangan remaja. Dalam pesta pora air itu mereka saling bertemu dan taksir menaksir, sehingga songkran layak pula disebut sebagai pertemuan ”akbar” bagi kalangan remaja.
Pesta songkran bagi masyarakat Thailand, memang sebagai pesta yang mendatangkan nikmat, karena pada pesta tersebut mereka melepaskan ”kekotoran” lahir dan bathin yang disimbolkan dengan air. Maka tidak hayal, pesta tersebut ditunggu-tunggu oleh remaja Thailand untuk mendapatkan seorang pendamping hidup yang ”suci”.

No comments: