catatan hati

Wednesday, April 9, 2008

PEREMPUAN TIGA SISI DAN SATU SUDUT
(semua candu “akar rumput” suka marhain)

catatan under coverku

Van Peursen dalam strategie van de cultuur mengajari hakikat dari kebudayaan itu adalah ”tradisi yang berubah-ubah”, hidup adalah sebuah warna dari perubahan itu

Masa, waktu dan hidup adalah citra budaya dari setiap manusia. Tidak ada hidup yang tidak berubah dan tidak ada kehidupan yang datar, hidup adalah dinamisasi yang berpacu dan bergulir seiring dengan waktu.
Sejarah kehidupan tidak pernah terelakkan, cuma saja kita tidak sadar perubahan itu sehingga catatan-catatan hidup kita yang berwana-warni tidak pernah kita lukis pada sehelai kampas, hanya sering dilukis dalam kenangan dan sekali-sekali kita ungkap ketika ada rasa rindu dan rasa benci atau ketika ada perlu.
Dalam sepenggal perjalanan hidup perempuan tiga mata sisi telah memberikan banyak ”paspor budaya” (Van Peursen). Masing-masing menyuguhkan ”teh tarik” dengan cita rasa yang berbeda-beda. Dalam perbedaan itu, terasa ”multikultural”, warna-warni ”keluhuran” yang menyematkan catatan-catatan yang berharga untuk direnungi, dihayati, diketawai dan bahkan untuk diolok-oloki (Ayo Mb Yu, komen).

Untuk Tiga Mata Sisi

Perempuan tiga mata sisi
lucumu, bengismu, candamu
bertemu di satu gelas teh tarik
bermerek karl marx
dan disatu mangkok tomyam
bermerek kapitalis
setiap ending ceritamu hanya kata yang sama
”saatnya kembali ke leptop”

Perempuan tiga sisi
gilamu berabstraksi
candumu kecut ketika bentang
yang bergaya kapitalis

(untuk Mb yu, kudel dan aku (si tiga mata sisi)

Mb Yu Ratna ”calon dekan”Wati YS
Mb yu, begitu aku menyapa perempuan pertama dalam tiga mata sisi ini. Senioritas dari pejuang ”sosialis” diantara kami dan penyelamat ”perut” ketika ”bokek”. Mb yu, tq setiap traktirannya. Ntar lagi, Mb yu akan mendekap segala kenikmatan itu, Mb yu lah orang yang paling bahagia di dunia ini (ikon kata dari aku yang selalu aku gadaikan ke Mb yu, ketika Mb yu berkeluh dan kesah).
Hanya dari April 2008 ini, Mb yu tinggal menghitung hari dan mengurai makna (bukan membangun sepi mengurai nafsu) untuk sampai ke singga sana itu. Sayang ”bebek mereh” tidak lagi akan mengantarkan kegerbang kebahagian itu (habis semua aset sudah dijual). Tenang, masih ada ”bebek hitam” (biar pun dipinjam yang penting ”bebek” sudah menuaikan janji ”bebek hitam/merah mengantarkan Ph.D).
Mb yu! Selepas bebek mengantarkan Ph.D. Giliran Ph.D mengantrakan dekan (tidak ada orang di atas dunia ini yang sebahagia mb yu). Setelah itu, sampailah tugas dekan mengantarkan hajji (bukan pak hajji!!!taubat itu perlu Mb yu).
Mb yu! Selepas itu aku tidak tahu, tetapi yang pasti aku akan menjumpai mb yu menjadi seorang borokrasi entah sejati atau abu-abu (mana tau totalitas jadi kapitalis benaran). Masalahnya, dalam diri manusia itu selalu ada dua ”kapitalis dan Sosialis”. Ketika kita berdisikusi ”tanpa uang” kita selalu menjadi sosialis yang ngoceh kesejatian sosialis, tapi ketika kita bubar kita resmi menjadi ”kapitalis” yang harus bayar ”minuman masing-masing”.
Mb yu! Smile for me...!!!

Kudel Delvi“Pecandu Post Kolonial”Wahyuni
Kudel orang ke dua dari perempuan tiga sisi. Umur paling kecil body paling besar. Jagoan bahasa Inggris dan berpaspor romantis. Smile for all. Pecandu kajian post kolonial dan berbuai cita-cita menjadi wali nagari, ”bos goreng pisang”, menejer ”lontong Padang” enatahlah apalagi tapi dari lubuk hatinya ingin menjadi seorang pendidik sejati, back to campus alias menjadi dosen! (kud! This just kidding). Bergairah membahas pemikiran Edwar Said dan konco-konco post kolonial lainnya.
Kritisi, dan “cumeeh” satu tradisi yang kuat melekat kuat padanya, membaca yang tersurat dan bahkan sering menanyakan subtansial dan esensial tanpa batas (sori kud pertanyaannya sering tidak terjawab karena kita sama-sama lemah dalil). Kita sudah memilih diskusi sosialis yang menarik (jangan sampai diteologikan, masyarakat tidak siap).

Aku Silfia ”Malang di atas Malang” Hanani
Tak banyak koment, biarlah Mb yu dan Kudel yang komen.

Satu Sudut

Emi ”Karabai” Marthala

Cik, sori. Ciklah perempuan satu sudut, penyelamat dari dua sisi. Biarlah kami panggil saja cik dengan ”karabai”, biar seru. Kesenangan cik bersolo karir sudah terganggu oleh kami-kami (maklum kami (silfia) orang yang butuh suaka). Maaf, jika aset cik telah terganggu oleh kaum yang mengaku pejuang sosialis. Sebenarnya cik lah yang pejuang sosialis itu.
Cik! Dunia cik memang indah, nikmatilah keindahan itu....dunia memang sedang ditangan cik! Selamat cik.......!!!

****

Semuanya, punya keindahan
hidup belajar dari keindahan semua itu
keindahan itu, menambatkan satu budaya
kanjadi dermaga persahabatan

1 comment:

Anonymous said...

Delvi memang kecil Ni Sil tapi cita citanya paling besar. Iya kan