MUSIM YANG BERLALU
Dulu didermaga ini ku petik seraut wajah setiap senja
ku kutip seribu satu makna dari kata-kata
ku jemput aura malam dengan sekuntum narasi cerita
kemudian kubisikan pada rembulan kasih dermagaku sinarmu
agar kesejatian abadi terpatri
semusim telah berlalu
seluet dermagaku hanya abadi dalam kanfas
yang dilukis dengan seribu satu warna-warni tanpa paduan
hanya kesemuan yang membekas
senja pun telah berujung diawal malam
tanpa seperti musim yang lalu
tak ada dirimu yang lincah memainkan kata
hanya yang ada kenangan semusin yang lalu
Dermaga akhir 2006
RINDU SERAUT WAJAH
Camar petang meliuk-liuk dengan kapaknya yang indah
sesekali menukik di permukaan yang tenang
angin spoi-spoi menyisik dedaunan
mengantar petang yang bersahaja
kicauan burung bernyanyi riang menjelang ke peraduan
gemercik air terus berirama dipermainkan arus
ku tatap kebeningan tasik dengan syahdu
ku lukis disana seraut wajah yang telah ku petik
dan kusematkan rindu disana
dengan kesaksian bayang-bayang petang
ku abadikan dan kubiarkan bermain dibenaku
Seraut wajah berkisah dalam hayalanku
sambil membuat senyum simpul yang kunikmati sendiri
kemudian ku biarkan berlalu
seiring usainya mentari berkisah siang
seiring senja bercerita malam
Tasik Cempak awal 2007
SELUET SENJA
Dimensi senja yang menghempas dihamparan ilalang
Ronanya menyibak dimensi cerita masa lalu
Sebuah perkisahan yang mirip senja melepaskan siang
kemudian berlalu malam dengan kisah seribu satu mimpi
yang dinyayikan oleh rembulan
seluet senja
tak akan ada lagi
pudar dalam sebah peradaban
yang diukir dalam sebuah keabu-abuan
seluat senja yang tiada
terkubur dalam pusaran arus
ditelan dinamik sosial yang egoisme
dicerca oleh tindakan kontroversial
Malaysia 2003
No comments:
Post a Comment