catatan hati

Saturday, April 12, 2008

SOSIALIS vs KAPITALIS???

TEH TARIK SOSIALIS VS TOMYAM KAPITALIS

Sehabis, berjumpa van peursen dalam “stategie van de cultuur” satu istilah menambah perbedaharaan ”kata” paspor budaya. Citra budaya yang kita miliki dan punyai. Hanya itu, dengan berpaspor budaya kita tidak layak menghadapi perkembangan zaman seperti ”putri malu”. Dengan berpaspor budaya pula kita tidak layak memberikan lebel primitif terhadap dunia yang kuno dan yang jauh tersuruk.
Dalam citra budaya kita sering disuguhkan dua hal yang saling kontroversi, saling bertentangan dan salaing ingkar mengikar, tetapi sebagai orang yang memiliki paspor budaya kedua kontriversi itu dapat kita pilih menjadi mana yang paling ”pas” untuk dunia kita.
Mungking dalam kerangka sederhana ibarat kita memilih minuman dan makan yang cocok untuk perut dan kesehatan, sehingga yang kontroversi itu bisa hidup perdampingan dengan damai. Seperti mendamaikan dua hidangan ”teh tarik sosiali dengan tomyam kapitalis”, tapi sayang tidak ada kata damai di dunia ini, sekali pun agama mengkhotbahkan damai!!! (siapa lagi yang menguraikan kedamaian)
Sosialispun walau bermerek ”sosial” tidak pernah mengajarkan damai, malah pertempuran itu sebuah kenikmatan. Lihatlah, bagaimana pertempuran kelas-kelas untuk memperjuangkan nasibnya. Begitu juga kapitalis, bersikukuh dan tidak akan menyepakati duni damai, peperangan sebuah misi dalam segala-galanya, karena lagit dan bumi ”bisu” hanya sang waktu yang memberikan kedamaian itu melalui cara-caranya sendiri!!! Tak tau, mungkin fenomena kebengisan bumi telah mengajari ke arah itu.

Oh...Tuhan....aku bukan pengingkar
tetapi seorang pencari paspor legal
untuk tidak sesat dalam menerjmahkan titahMu
di siniku dengarkan sabdaMu dikhutbahkan
tapi semakin tidak mampu aku menerjemahkannya

oh..Tuhan...aku terusik oleh tanyaku
mana yang benar satu dari di antara itu
tolong lepaskan aku dari kedugeman ini
biar nuraniku tak terpekosa olehnya
yang aku rindu sebuah khotbah suci
seperti khotbah para nabi

oh...Tuhan...layakah aku memilih
sosialis atau kapitalis
atau teh tarik tanpa bermerek sosialis
atau tomyam tanpa berlebel kapitalis
sayang, kedua-duanya aku suka

(heeiiiiiiiiiiiii weaaaaaa.......goblok, rek!!!)

3 comments:

JONI HARNEDI, S.Fil.I., MIS said...

teruntuk buat perumpuan...............yang mempunyai banyak sisi
mudah2an dari banyaknya sisi itu semakin menampakkan kesempurnaan Tuhan dalam diri seorang perempuan
"manifestasi kesempurnaan kasih sayang Tuhan ada dalam diri seorang perempuan"
"dari sekian sisi perempuan itu semakin terhurai "kanzun makhfiyyun" Tuhan bukan lagi harta yang tersembunyi
tapi perlu juga diambil kira sisi lain dari perempuan, karena tiga sisi perempuan itu belum mampu menghurai harta yang tersembunyi itu...............

kadang kita ingin merubah dunia sekalipun..............seperti yang diupayakan oleh karl marx. "tidak hanya merubah pikiran "seperti yang telah dilakukan oleh Hegel pendahulu karl marx...tapi ingin merubah DUnia.
namun "kita mesti sadar bahawa tidak bisa hidup dalam satu batas yang kita ciptakan sendiri ataupun mengikut batas yang kita pilih sendiri.
karena karl marx sendiri, walaupun sebagai pelopor dan pejuang sosialis ternyata tidak bisa melepaskan diri dari belenggu kapitalis secara munrni. dari perjalanan hidupnya dapat dilihat bahawa karl marx juga pernah menggantungkan hidupnya pada seorang kapitalis, sungguhpun itu adalah kawannya sendiri "Engels"

Anonymous said...

terimaksi "parjok" ok..bukan hanya untuk perempuan yang banyak sisi, tapi untuk semua...mohon doanya supaya tetap dengan kominten tersendi-sendiri.

Iryadi said...

Sepakat bu.....!!! persetan dgn sosialism & kapitalism yg sdg bertarung....yg hrs dipikirkan skrg adalah perut ini bisa tetap terisi esok dan esoknya lagi......